Quality Nostalgia Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Haru Biru Bahagia Bersama (picture : credit Nawari Ismail) |
Suasana bathin ketika itu (1981 – 1985) terasa ada sekat dan benteng
yang asing sesungguhnya secara
hakekat tidaklah penting akan tetapi sangat berpengaruh kuat
dalam relasi pertemanan.
Benteng asing itu dipengaruhi oleh suasana budaya menarik massa tiga organisasi
kemahasiswaan yang sangat potensial di Indonesia khususnya pada kampus – kampus
negeri termasuk di dalamnya kampus IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
Sangat di fahami oleh mahasiswa angkatan 1981 – 1985 di sana di
kampus kami ada organisasi kemahasiswaan yang sangat dikenal HMI dan PMII plus
IMM, ketiganya bergerak dinamis
menghimpun anggota.
Saya magh sama sekali tidak faham ya . . . ketika awal meginjakkan
kaki di kampus karena di beberapa titik ada meja – meja yang menjajakan diktat
untuk bimbingan tes dan semacam promosi serta pengenalan atau mungkin semacam masa orientasi
jika muncul saat ini.
Antara ingat dan tidak kayaknya saya masuk bimbingan tes di IMM atau mungkin PMII meja HMI entah ada di mana karena di beberapa
lokasi PMII cukup bertebaran, saya
merasa mantan siswa Aliyah yang paling bloon ;
dari Padang – Panjang Sumatera Barat masuk ke Yogyakarta tanpa bekal
pemahaman tentang situasi kampus yang bergelora.
Memang pada akhirnya saya salut pada Mbak Tiwi ( haloo Mbak Tiwi
tunjukkan dirimu . . . . ) Nawari Ismail, Tarib Mauleka, Amin Loli Husein
Manurung Sarbini Khairo yang berjibaku tarik ulur menghimpun massa ibarat dalam
kancah peperangan yang dahsyat siapa
sigap dan iapun dapat !!!
Oiya . . . terlupakan,
Salut berat terhadap mahasiswa yang bernama Muhammad Eko Slamet
Riyadi (Almarhum) betapa gigih dan uletnya dia melaksanakan kebijakan ketua
Kohati untuk membidik sang mahasiswa baru hingga kemudian dilantik menjadi
anggota Kohati kemudian mengikuti program Batra.
Dalam benak saya ketika itu kata BATRA saja seperti makhluk dari
planet mana yang tidak pernah di kunjungi,
bahkan saya berfikir bahwa Batra itu bukan singkatan hanya nama rekayasa
mahasiswa alay jaman itu.
Yang saya ingat saat ini bukan materi BATRA_nya akan tetapi cape
dan menguras tenaga, mengantuk berat karena langka istirahat.
Suasana bathin kali ini setelah hampir sekitar 37 tahun latar
belakang organisasi masing – masing telah tersingkirkan oleh nilai kemanusiaan
yang paling hakiki ajaib saja :
-
Saling
merindu mengenang masa lalu yang pahit dan getir
-
Saling
bertutur keluarga dan kegiatan atau profesi
-
Saling
melempar senyum dan kata – kata persahabatan;
Jika kemudian ada kalimat HMI, PMII dan IMM kekuatannya telah
memudar dengan kondisi fisik kami yang
semakin menua, cara berfikir yang
berubah tidaklah penting sektarian dan kecerdasan spiritual yang tampak nyata
di wajah – wajah ceria mereka yang pada umumnya ahli ibadah siap – siap menjemput
Malaikat Maut agar datang dengan salam keselamatan.
Meskipun HMI, PMII dan IMM tidak membusuk biarkan cara berfikir
kuno dari kami semua dibuang jauh – jauh untuk bersama merajut cinta
semagaimana konsep Illahi sebagai Rahmatan Lil’Alamin.
Beberapa Sisa Ingatan
Secara generik memang sudah terlalu banyak yang saya lupakan
tentang proses kegiatan mahasiswa dan perkuliahan, beberapa orang dosen masih .
. . . masih teringat seperti Ibu Siswati Dardiri, Ibu Khadijah Nasution, Ibu Aminah, Ibu Jawimah, Bapak Hasan Baida’ie, Bapak Fathuddin Abdul Ghani, Bapak Faishal
Ismail, Bapak Wasyim Bilal, Bapak Abdurrahman,
Bapak Mashudi, Bapak Aburisman dan Bang Amrullah Achmad, Bang Baihaqi kemudian di bagian administrasi ingatlah kepada Pak
Kurdin.
Untuk semua dosen yang telah almarhum dan shahabat alumni yang juga
telah lebih dulu dipanggil kehadirat_Nya mari kita hantarkan doa bagi mereka semua . .
. dengan Shalawat dan Fatihah serta memohonkan agar di ampuni semua dosanya, di
berikan tempat yang paling mulia disisiNya. Amiin
Saya sebagai salah seorang mahasiswi sempat berdialog serius dengan
Pak Kurdin beliau menyampaikan dengan
santun terkait ijasah yang harus
menggunakan foto tanpa jilbab :
“Mbak Intan sesuai ketentuan ijasah tidak bisa diambil dan di
berikan karena foto yang Mbak berikan masih berjilbab”.
Saya magh . . . spontan
menjawab pada Pak Kurdin :
“O . . . gitu ya Pak,
baiklah mungkin saya satu – satunya mahasiswi yang tidak akan mengambil
ijasah jika demikian peraturannya”
Terbayang wajah Pak Kurdin saat mendengar jawaban saya, beliau
memandang . . . sekilas dan iapun menerawang jauh pandangannya entah kemana.
Namun akhirnya ijasah dengan foto berjilbab bisa saya peroleh dan Alhamdulillah
ijasah itulah yang mengantarkan saya hingga kini kemudian menjadi guru PAI di
Pondok Pesantren Al Qur’an Babussalam dengan panggilan akrab para santri Bunda
Intan.
Pada tahun 2011 ada istilah PLPG #lupa singkatannya mungkin Program
Latihan Pendidikan Guru dan 600 orang guru PAI di Kabupaten Bandung dinyatakan
lulus sebagai Guru Bersertifikasi.
Konsekwensi sebagai guru bersertifikasi adalah peningkatan kinerja
dan perubahan pola fikir serta faham perkembangan dunia pendidikan, keinginan
pemerintah seperti itu namun di lapangan banyak hal yang mempengaruhi sehingga harapan pemerintah tidak sepenuhnya
tercapai namun TPG (Tunjangan Profesional Guru)
harus rutin di bayarkan, jika tidak banyak diantaranya klepek – klepek susah
hidup.
Berjumpa Merajut Rasa
Saat hari Sabtu, 28 Januari 2017 kami semua saling jumpa di Kampung
Kunden Blambangan Jogotirto suasana penuh kekeluargaan yang teramat manis.
Membuncah rasa terapresiasikan dalam berbagai bentuk prilaku, bisa
disaksikan dari banyak foto – foto kenangan (khusus untuk Mbak Sulis dan Mas
Usman terimakasih ya) lalu menggumpal menjadi energi ingin kembali berjumpa
disuatu ketika dimanapun itu, teriring do’a semoga semua dianugerahi
keselamatan dunia dan akhirat dan kesempatan untuk kembali bersua.
Mas Syarif Usman
menyampaikan dalam grup agar masing – masing membawa flash disk dan
Alhamdulillah dokumen itu telah saya dapatkan dengan nikmat menyaksikan
kejadian hari itu dalam bentuk puluhan picture dan Mbak Sulis yang telah
menyiapkan juru foto yang manissz. Nuhuuun ya untuk semua . . .
Jazakumullahu Khoiron Katsiron
Ciburial Bandung, Rabu
1Februari 2017 M / 4 Jumadil Awwal 1438
H
Belum ada Komentar untuk "Quality Nostalgia Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta "
Posting Komentar