Ular Batik Di Satu Ramadhan
Pondok kami dahulunya memang hutan belantara yang tidak dijamah
orang dengan berbagai kisah misteri selalu menyeramkan, namun Ayahku sang pemberani dan pindah dari
kota ke desa.
Pada awal mendirikan pondok yang jauh dari perumahan penduduk ular
sering singgah lewat pintu saat terbuka atau entah bagaimana mereka kadang
lewat saja saat kami berbincang bersama keluarga.
Kini setelah hampir empat puluh tahun segalanya telah berbeda,
perumahan padat, sekolah, warung dan cafe, restoran dan penginapan bertebaran termasuk perguruan tinggi swasta
yang mulai dirintis untuk kembali ditempati setelah hampir dua puluh tahunan
jarang ditempati.
Pada awal Ramadhan 1438 hijriah saat waktu dhuha tiba dan hamba
hendak menuju ruang depan untuk mengambil mukena melintas seekor ular berwana
hitam kombinasi kuning mirip batik.
Memanggil dua orang puteri untuk mengusir dan menggiring ular
keluar rumah dengan perasaan yang tidak nyaman,
Kholillah menggunakan sapu injuk untuk menahan sang ular agar tidak
masuk kamar sedang Roidah menggiring menuju lapang.
Misteri ular batik di satu ramadhan mengganggu ingatan hamba
tentang berbagai hal dimasa lalu.
Kepalanya berbentuk segitiga dengan belang – belang kuning seperti
kunci membuka tabir masa lalu hamba yang dhaif dan dzalim pada diri sendiri.
Sepanjang ramadhan liukan – liukan ular mengingatkan tentang dosa
pada ibunda dengan ketidak patuhan dan pembangkangan yang sering dilakukan
setiap hari, mengerikan mengingat dosa
dan jijik juga seram menyaksikan gerakan ular yang akan dimasukkan botol oleh
salah seorang tetangga yang biasa menjinakkan ular.
Dosa itu menjijikkan dan menyeramkan sayang hamba telat
menyadarinya sehingga dahulu berkubang pembangkangan dan merasa ibunda selalu
dalam posisi bersalah.
Hamba berjuang mengusir tentang ingatan ular yang hanya berdiameter
dua setengah sentimeter dan panjang sekitaran empat puluh senti meter.
Taubat menghantar sayyidul istighfar di setiap malam . . . sepertinya tidak akan cukup mengkompensasi
dosa pada ibunda, namun hanya itu yang bisa hamba lakukan.
Pada dua puluh dua ramadhan hamba persiapkan diri qiyamul lail sebelum
shahur dan melepaskan ingatan – ingatan tentang ular batik yang mengganggu
sepanjang bulan suci hingga memanjatkan doa dengan
jeritan pada Nya :
Ya Allah,
bukalah bagiku dibulan ini
pintu – pintu anugerah Mu,
turunkanlah kepadaku di bulan ini berkah – berkah - Mu,
berikanlah taufik kepadaku di bulan ini
untuk mencapai keridhaan Mu,
dan tempatkanlah aku di bulan ini di tengah – tengah surga Mu,
Wahai Pengabul Permintaan
orang – orang yang ditimpa kesulitan.
[ agar Allah memudahkan pada
saat sakaratul maut, dan juga
meringankan ketika menghadapi Malaikat Munkar dan Nakir serta mengukuhkn dengan
perkataan yang teguh ] ***
***doa malam ke duapuluh dua ramadhan disadur dari :
Ciburial. Rabu 11 Syawwal
1438 H / 5 Juli 2017 M
== Tulisan ini diikut sertakan dalam lomba tulis : Ceritera Ramadhanku
Belum ada Komentar untuk "Ular Batik Di Satu Ramadhan"
Posting Komentar