9 Hari Memahami Yayasan Babussalam Ciburial Bandung - Dago
9 Hari
Memahami
Yayasan
Babussalam Ciburial Bandung – Dago
Yayasan Babussalam
adalah lembaga keummatan yang berdiri pada 1981 di bawah pimpinan Ajengan
Muchtar Adam membawahi Pondok pesantren AlQur’an Babussalam.
Kala itu Pondok Pesantren Al Qur’an Babussalam fokus pada pengajaran dan kajian kitab jadul Ibnu Abbas dan sesekali membuka kitab al Maraghie bahkan kitab al - Mizan atau kitab – kitab klasik lainnya yang tengah viral jadi pembahasan jamaah kaum muslimin di kota madya Bandung ketika itu (1981 – 1991); kajian kitab kuning disampaikan langsung oleh Pak Ajengan setiap ba’da Shubuh juga hari Ahad pagi.
Jama'ah rutin datang
dari beberapa desa setiap hari Ahad pagi seperti :
Pakar
Kolam, Pakar, lebak Siuh,
Baribis dan Cikurutug bahkan dari Cijotang,
Cikutra, Cisitu demikian Dago Pojok hingga Ciumbuleuit.
Rasanya jamaah ketika
itu sangat butuh dengan berbagai macam uraian Pak Ajengan
sehingga bagi staff yayasan menjadi keberuntungan yang khusus dan
berbeda.
Keberuntungan khusus
karena lembaga tidak susah payah mengundang juga menyiapkan hidangan atau konsumsi bahkan lebih
khusus mereka sendiri yang membawa bahan – bahan mentah termasuk beras dan
bermacam sayuran atau cemilan buah tangan beberapa jamaah yang senantiasa
hadir.
Sesungguhnya budaya
berkirim hasil bumi seperti sayuran juga beras masih terus terpelihara hingga
saat ini pada umumnya diamalkan oleh para petani atau bahkan pedagang simpatisan
pada gerakan Pondok Pesantren al
Qur’an Babussalam yang terus istiqomah mengamalkan tabbaruk (
berharap barokah ) dari amal sholeh,
istiqomah mereka lakukan khususnya
kepada Pak Kiyai demi lancarnya perjuangan dakwah di wilayah Ciburial –
Cimenyan.
Jika menyimak posisi
Pondok Pesantren al Qur’an Babussalam,
penulis mencoba mereferensi dari wikipedia :
Luas wilayah desa
Ciburial ± 599,612 HA.
Adapun topografi,
desa Ciburial tergolong dataran tinggi karena berada pada ketinggian
antara :
750 s.d.
1200 m (dpl) dengan suhu udara
rata – rata 25ºC dan curah hujan tahunan mencapai 0,29mm / tahun.
Energisitas Babussalam sebagai salah satu
yayasan keummatan di Kabupaten Bandung yang membawahi Pondok Pesantren Babussalam
berjalan dari 1981 hingga 2019 dengan dinamika kepemimpinan yang kelak penulis
coba himpun juga menuliskannya.
Semoga masih tersisa umur dan peluang waktu segera menghimpunnya.
Semoga masih tersisa umur dan peluang waktu segera menghimpunnya.
Pak Ajengan yang dahulu
dikenal sangat energik
juga selalu ramah pada semua tamunya seiring waktu dan
perubahan jaman, kemudian panggilan
pada beliau menjadi sangat lazim dan akrab disematkan pada awal nama beliau dengan panggilan Kiyai.
Dalam beberapa
disertasi yang sempat penulis telusuri mengenai persyaratan suatu pondok disebut pesantren,
musti ada Kiyai di dalamnya, walaupun pada akhirnya jika mengamati
perkembangan di Indonesia belakangan ini fenomena pondok pesantren tanpa Kiyai mulai
bermunculan seperti diantara pesantren alFitrah – Kedinding Surabaya Pak Kiyainya sudah wafat beberapa tahun yang
lalu hingga kini belum ada pengganti beliau
baik dari garis silsilah keluarga maupun pelanjut secara kepemimpinan spiritual.
Pastinya belum ada yang
layak dan mumpuni biasanya terkait dengan kekuatan spiritual juga aspek hubungan sang Kiyai dengan masyarakat. Berdasar beberapa penjelasan yang terserak
hingga 2019 akhir, ketua yayasan yang
memiliki kebijakan dan keputusan belum dapat menentukan penggantian pucuk
pimpinan. Wallahu
‘alam.
Adapun dengan fenomena
Babussalam Dago Pak Kiyai juga Ibu Kiyai (Hj. Siti Sukaesih) sebagai
pendamping beliau yang kemudian Ibu wafat 23 September 2017 M / Dzulhijjah berkiprah tanpa lelah memelihara keseimbangan
alam di desa Ciburial, Cimenyan Kabupaten Bandung.
Beliau (Kiyai Muchtar Adam) bukan hanya memelihara lingkungan
alam, juga menembus batas pada dunia
pendidikan, dakwah plus sosial merambah
hingga pada kehidupan masyarakat sekitar
bahkan Kiyai berjuang berkeliling Indonesia dari Nias, Meulaboh, Montasik,
Solok Selatan hingga ke ujung timur Indonesia – Wakatobi.
Pak Kiyai dan Ibu Kiyai Hj. Siti
Sukaesih setelah puluhan
tahun berlalu memimpin serta mengasuh
Pondok Pesantren dengan visi yang
kuat juga kokoh yaitu : intelektualisme, spiritualisme dan akhlakul karimah harapannya
santri yang beliau asuh memiliki kepandaian cukup mumpuni dengan kekuatan
ibadah yang pembibingannya beliau
lakukan selama mondok di
Babussalam; keelokan akhlak tidaklah
mungkin ditinggalkan selalu menjadi permata berharga dihadapan ummat disaat
mereka telah terjun di lingkungan masyarakat.
Kiprah dan interaksi
Pak KIyai beberapa tahun di masyarakat kemudian secara bertahap melahirkan ide
dan gagasan yang mungkin telah beliau tanam lama dibenaknya, maka berdirilah :
Sekolah Formal
SD ( berdiri pada 1995 berawal dari Madrasah
Ibtidaiyah);
Sekolah
Formal SMP (1997/1998) yang sebelumnya dikenal dengan Madrasah Tsnawiyah
Sekolah
Formal SMA (1997/1998) dari Aliyah menjadi SMA, SMU.
Sekolah Formal SD, SMP
dan SMA menginduk pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, pada masa MI, MTs dan MA yayasan
menginduk pada Kemenag RI.
Adapun istilah yang
muncul saat itu, saat terjadi perubahan yaitu kata : bedol desa disebut
– sebut oleh salah seorang pengawas
kemendikbud wilayah Bandung Timur tenggara yakni drs. Ena Suhena yang membantu proses perubahan dari Tsanawiyah
menjadi SMP dan dari Aliyah menjadi SMA.
Untuk istilah bedol desa sendiri Pak Ena sempat menjelaskan yang sepemahaman penulis adalah
loncat koordinasi dari kemenag RI loncat menjadi ke kemendikbud RI, paling
tidak yang kami rasakan saat segala persyaratan harus dipenuhi dan ditempuh
secara agak rumit.
Memang birokrasinya
demikian harus Kami tempuh dan
melaluinya sehingga terwujud SD, SMP dan SMA Plus Babussalam sebagaimana
yang bisa kita saksikan saat ini.
Adapun prosedur
perubahan ketika itu juga melewati masa yang cukup panjang secara operasional
lapangan dilakukan oleh Muhammad Eko Slamet Riyadi Afd. (Almarhum) yang membidangi Kabid Pendidikan.
Episode bedol desa muncul
kebijakan Tsanawiyah menjadi SMP dan Aliyah menjadi SMA merupakan kebijakan riel oleh pimpinan yayasan
periode (1881 - 2007) Bapak KH. Drs. Muchtar Adam, ketika itu beliau menjadi anggota dewan RI di
pusat.
Dengan dasar pemikiran
yang beliau sangat fahami tentang besarnya dana anggaran kemendikbud yang
digelontorkan pemerintah sekitar 20%
dari total anggaran pemerintah RI,
selanjutnya dari 20 % Pak Kiyai mengetahui dalam rapat –
rapat siding DPR – RI rupanya anggaran
Kemendikbud lebih besar porsinya dibandingkan dengan Kemenag RI yang membahawahi diantaranya
Madrasah dan Pondok – pondok pesantren di seluruh Indonesia.
Berbasis
sejarah masa lalu yang
dapat dipastikan jatuh bangun penuh pengorbanan nikmat susah menjadi nikmat
bahagia, yayasan Babusssalam saat ini
(2019) dan sebagai ketua yayasan yang diamanahkan kepada H. Ir. Endang Atmadirja MSc., Kita dan Kami semua para pelaku sejarah masih
dapat menyaksikan bahwa :
SD
masih tetap eksis dengan Kepala Sekolah Cucun Cunayah, S.Pd.I,
SMP kepala sekolahnya Ibu Lia Karliah S.Pd, dan
Kepala
Sekolah SMA Imas Siti Fatimah. S.Sos.
bergerak
membenahi manajemen pendidikan secara intens dan bertahap.
Bagi penulis ada satu
masa dan kesempatan berkhidmat pada Ketua Yayasan Babussalam periode kedelapan disaat ketua yayasan hendak
melaksanakan ibadah umrah (6 – 15 Nopember 2019 M / 9 – 18 Rabi’ul Awwal 1441 H ) mengusung
amanah sebagai PLT ( Pelaksana Tugas ) Ketua Umum Yayasan.
Sembilan hari tentu
saja tidak lama bahkan sangat singkat,
namun bagi penulis terasa berbeda cara
berfikir dan memandang sesuatu masalah disaat tidak ada sematan PLT Ketua Yayasan ataupun tidak, intinya amanah ini cukup dan sangat berat
menjadi dirigen yang dimaui atau dikehendaki oleh banyak member orchestra, namun cukup bergerak
dalam sunyi.
Maknanya bergerak dalam
sunyi hanya sebagian kecil saja
yang sedikit menyadari keberadaan penulis menjadi PLT – 9 Hari tanpa suara
bahkan tanpa pemberitahuan misalnya chit – chat via whats app oleh yang
selayaknya berwenang, penulis mencoba
segera melupakannya dan masa itu telah bergerak dan berlalu. Alhamdulillah . . . !
dok. SD Babussalam |
dok. SD Babussalam 2019 |
SD – Babussalam Santrinya Ceria Orang Tua Bahagia
Pendidikan Sekolah
Dasar di lingkungan Pondok Pesantren al Qur’an Babussalam dengan corak seragam
putih merah dan jas keren berwarna pink,
seringkali atau bahkan secara rutin penulis menyaksikan dinamika santri
cilik putra dan putri seusia 7 – 12 tahun berlarian tanpa mengenal lelah dari
jam 07.00 hingga 14.00 keceriaan mereka ibarat permata yang berkilauan diantara
banyak permata yang bertebaran di lingkungan Pondok yakni santri – santri SMP,
SMA dan para guru demikian karyawan yang mengabdi dengan ikhlas tanpa batas.
Paling tidak aura
dinamika dan keceriaan mereka terpantau dalam gambar saat penyelengaraan kegiatan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saww yang
diselenggarakan pada hari Senin 11 Nopember 2019 fokus pada lomba shalawat Nabi dan pembacaan Ashma’ul Husnal- Ustadz Agus Suryaman sebagai
Murabbi yang ceria membimbing para santri untuk mengenang kisah dan perjuangan
Nabi Agung.
Lomba shalawat dan
ashma’ul husna (Senin, 11 Nopember 2019)
Ekskul tahfidz pada
13.15 – 14.30 setiap hari Rabu
penanggung jawab Cucun Cunayah ; ekskul
Qiraah dan futsal
SMP – Babussalam Yang Taat pada Orang Tua
Penulis sering
merasakan saat menyaksikan sekelompok demi sekelompok santri berkumpul dalam
rangkain yang terpisah terkadang hanya tiga orang santri laki – laki dan
disebelah mana lima orang santri putri,
yakin mereka membahas karakter guru, teman bahkan pelajaran atau apapun
itu mereka adalah energy masa depan, negeri ini jika tidak diperhatikan
keberlangsungannya lewat pendidikan
negeri ini ataukah bangsa ini akan mengalami kerugian yang mendasar.
Pendidikan berdasarkan UUD 1945
“ . . . mengamanatkan Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang – undang”
“ . . .
bahwa system pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu
serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai tuntunan perubahan kehidupan local,
nasional dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan
secara terencana, terarah dan
berkesinambungan”.
SMA
– Babussalam Ciburial Dago berdiri pada 5 Agustus 1997 M bertepatan dengan 30 Rabi’ul Awwal 1418 H
Ekstra drum band . . .
Rapat para Kepala
Sekolah SMP gugus 5
BimTek di Hotel
SMA – Babussalam Yang Energik Harapan Bangsa
SMA – Babussalam
Ciburial Dago berdiri pada 5 Agustus 1997 M
bertepatan dengan 30 Rabi’ul Awwal 1418 H
Mereka adalah sebagian kecil saja santri SMA yang biasa
berlarian berburu salim pada penulis yang pernah mengajar PAI dan Al Qur’an
semasa santri – santri ini masih di SMP kelas VII, VIII dan IX
Lomba membuat puisi ;
seluruh santri ikut serta membuat puisi dan banyak puisi yang baik da nada
lomba musikalisasi
puisi, pembacaan puisi diiringi
music ada delapan grup SMP 2 grup SMA
empat. Puisinya tentang hari pahlawan.
Ekskul Drum Band SMA penangung Jawab Aji Kurniawan dan Dhaivina
Jama’ah Umrah Bakka Wisata . . .
Jama’ah Umrah Bakka
Wisata . . .
Jama’ah Umrah Bakka
Wisata . . .
SMA
– Babussalam Ciburial Dago berdiri pada 5 Agustus 1997 M bertepatan dengan 30 Rabi’ul Awwal 1418 H
ketinggian antara :
750 s.d.
1200 m (dpl) dengan suhu udara
rata – rata 25ºC dan curah hujan tahunan mencapai 0,29mm / tahun.
Belum ada Komentar untuk "9 Hari Memahami Yayasan Babussalam Ciburial Bandung - Dago"
Posting Komentar